Masalah air
bersih adalah salah satu masalah yang dihadapi sebagian besar kota metropolitan
di Indonesia. Pencemaran akibat pesatnya industrialisasi di metropolitan di
Indonesia dan dibarengi dengan kurangnya kesadaran masyarakat tentang
pentingnya menjaga air serta kurang maksimalnya kontribusi pemerintah, dalam
hal ini utamanya Dinas Lingkungan Hidup membuat masalah ini semakin parah.
Salah satu
masalah yang dihadapi banyak metropolis city di Indonesia adalah air bersih
yang jarang ada disekitarnya. Dengan PDAM? PDAM pun mengambil air bersih dari
dalam tanah atau dari hulu sungai sungai yang ada. Hal ini menyebabkan
melambungnya harga air bersih dan yang hanya bisa menikmati air bersih ini
hanya masyarakat atas atau tingkat elit. Tetapi bagaimana dengan masyarakat miskin . . . ? ya, sangat berbeda
180 derajat.
Terbukti di
Jawa Timur, di kota Surabaya, adalah
salah satu dari beberapa kota metropolis di Indonesia yang dirundung masalah
air bersih, bisa dibilang lebih dari 90% aliran sungai di Surabaya tercemar dan
mungkin tidak layak konsumsi. Lalu bagaimana? Yang pertama, PDAM mengandalkan
air dari Kali Mas (anak Sungai Brantas) dan yang kedua mengambil dari daerah
hulu seperti Batu, dataran tinggi
Jombang, dan daerah lainnya. Bukan hanya Surabaya, daerah daerah seperti
Mojokerto, Sidoarjo, mereka juga menlakukan hal yang sama.
Tempat
“mengambil air” di dataran tinggi Jombang salah satunya adalah di Kecamatan
Wonosalam. Kecamatan Wonosalam sendiri memiliki lebih dari 250 mata air alami
yang tersebar . Mata air ini telah dikonsumsi masyarakat Jombang dan
sekitarnya. Meskipun tidak sebanyak di Kelud atau Batu. Tetapi daerah ini
adalah daerah vital di Jombang karena dapat cadangan primer kebutuhan air
bersih di Kabupaten Jombang.
Sadar akan
manfaat mata air di daerah mereka. Beberapa aktivis cilik lingkungan hidup di Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang
membentuk suatu perkumpulan yang menamakan dirinya sebagai WATER POLICE atau
POLISI AIR. Sebenarnya ini adalah salah satu ekscul di SMP mereka, SMPN 1 Wonosalam. Dibimbing
oleh pemuda aktivis yang sudah berpengalaman dan peduli lingkungan dari
PADEPOKAN WONOSALAM LESTARI. Kegiatan ini kurang lebih dimulai dari 2 tahun
yang lalu (2010). Dan komunitas ini meluluskan antara 10-20 aktivis setiap
tahunnya. Meskipun dapat dibilang sedikit, tetapi mereka diharap bisa
mensosialisasikan manfaat selam 3 tahun menjadi polisi air.
Apa
aktifitasnya? Mereka memiliki aktivitas primer yaitu BIO MONITORING. Memonitor
tingkat water pollution dengan meneliti biota yang hidup disekitar hulu sungai
dan menelitinya dan juga melakukan sosialisasi dengan masyarakat sekitar untuk
menjaga air mereka melalui plakat dan juga interaksi tatap muka. Tak jarang
juga mereka mengumpulkan warga di suatu tempat dan melakukan sosialisasi
missal. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap 1 minggu sekali tiap hari minggu
sekitar pukul 09.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB.
Apabila kegiatan
ini didukung oleh banyak orang, apalagi kita mulai membersihkan daerah tengah
dan hilir Sungai Brantas, sungai yang sangat vital bagi masyarakat Jawa Timur.
Kita akan menyelamatkan kehidupan masyarakat secara umum dan mengendalikan
ekosistem. Kita jadikan hal kecil seperti aktivitas adik adik kita tadi
bermanfaat besar bagi seluruh masyarakat. serta diharapkan, menjaga air
utamanya air sungai tidak hanya di hulu saja. Tetapi dari hulu hingga hilir.
Apabila hulu sudah tercemar. Bisa dikatakan kehidupan bisa terancam.